Selasa, 26 Oktober 2010

Long Tail Konsep - Target Audiens Ideal Anda


Sumber : EzineArticles.com via Email Berlangganan. Dikirim oleh Marc, Communications Manager pada 25 Oktober 2010

Memahami konsep ekor panjang dan bagaimana kaitannya dengan artikel pemasaran adalah kunci untuk memahami siapa audiens Anda dan menjangkau mereka.

Hal ini dapat membantu Anda memahami apa jenis audiens anda dapatkan dari kata kunci tertentu dan Frase unik Anda gunakan untuk menulis artikel.

Jika Anda pernah belajar statistik, Anda mungkin ingat apa kurva ekor panjang terlihat seperti distribusi. Ini mana ekor kurva sangat lama dibandingkan dengan kepala.

Memindahkan Sepanjang Long Tail

Dalam menulis artikel dan pemasaran, ini kurva distribusi dapat diterapkan untuk kata kunci dari niche untuk memilih mata pelajaran yang paling efektif untuk menutupi.

Ada tiga bagian dengan kurva distribusi ekor panjang untuk kata kunci. Semakin jauh ke bawah kurva Anda bergerak, semakin banyak kata kunci spesifik dan menjadi.

1. Kepala - Broad kata kunci yang menjelaskan niche Anda (misalnya "penurunan berat badan," "investasi", "perbaikan rumah"). Ada banyak orang yang mencari jenis yang paling luas dari kata kunci, dan ada juga banyak penulis menulis konten tentang kata kunci.

Orang yang melakukan pencarian untuk jenis kata kunci mencari informasi dasar pada subjek. Artikel yang ditulis untuk kepala ekor biasanya pengantar untuk niche.

2. Tengah - Sekelompok Frase unik yang lebih spesifik daripada kata kunci dari kepala. Frase unik ini biasanya sekitar 2-4 kata. Ada sedikit orang mencari Frase unik yang lebih kompleks dan penulis kurang menulis konten untuk Frase unik (misalnya "penurunan berat badan untuk laki-laki," "perencanaan pensiun," "lemari adat").

Orang-orang melakukan pencarian di tengah distribusi kata kunci yang lebih diinvestasikan dalam subjek dan mereka mencari informasi yang lebih spesifik.

3. Ekor - The Frase unik yang paling spesifik dan kompleks yang mungkin sekitar 4-6 kata-kata panjang. Bahkan orang kurang sedang mencari Frase unik ini dan ada beberapa penulis lain menulis di setiap mata pelajaran (misalnya "penurunan berat badan untuk pria dengan diabetes," "pensiun perencanaan dalam ekonomi resesif," "memasang lemari dapur untuk kurang dari $ 5.000").

Orang yang melakukan pencarian lebih lanjut sepanjang ekor adalah yang paling diinvestasikan dalam subjek dan mereka mencari informasi yang sangat spesifik.

Ekor panjang di mana keahlian Anda datang dalam yang paling berguna. Ini di mana artikel yang paling rinci datang dari dan di mana Anda akan dapat secara akurat target jenis orang yang mencari konten Anda.

Mendapatkan Exposure Max

Namun, jangan hanya berfokus pada menulis untuk ekor distribusi. Anda ingin memiliki berbagai artikel yang meliputi banyak kata kunci yang berbeda dan Frase unik untuk memaksimalkan eksposur.

Mungkin hal yang paling rumit tentang menulis untuk ekor panjang semakin masa lalu sifat kontra-intuitif itu. Menulis untuk audiens yang lebih kecil benar-benar memberi Anda lebih tinggi klik per tayang (RKT) untuk artikel Anda. Penonton mencapai dengan Frase unik yang lebih spesifik sudah sangat tertarik pada pelajaran dan akan tertarik pada informasi tambahan.

Jadi, mengambil keuntungan dari informasi ini sekarang dan melakukan penelitian kata kunci untuk lay out distribusi ekor panjang untuk set berikutnya Anda berkualitas tinggi, artikel asli.

Tinggalkan komentar jika Anda masih sedikit bingung pada konsep keseluruhan ekor panjang, seperti Stanley, atau jika Anda memiliki kisah sukses penelitian kata kunci.

Dikirim oleh Marc, Communications Manager pada 25 Oktober 2010 jam 12:59 | 831 views

Selasa, 25 Mei 2010

Join Me at Join i5

Link Karya Steel
Klub Haus Menulis
Klub Gemar Membaca
Klub Haus Buku
Klub Haus Buku - Club Discussion
Book Hunger Club
Blogger Klub Haus Buku
Klicker Community
Reading Community























Kamis, 08 April 2010

Jacky dan buku The Swordless Samurai


Sumber : Kiriman Mahda Book via Milis Pasar Buku
Oleh Mursidi
Malam itu, dia membuatku tercekat. Aku mengelus dada dan geleng-geleng kepala, nyaris "hilang akal" saat dia bercerita bahwa seumur hidupnya belum pernah membaca buku hingga tuntas --tidak pernah melahap secuil buku pun--dari halaman awal hingga akhir. Mungkin aku tidak akan kaget, kalau dia itu tukang becak, penjual es krim, pedagang asongan atau sopir angkot!

Tetapi, dia --yang biasa kupanggil "Jacky" itu-- bukan lelaki yang bisa dilekati setumpuk predikat tersebut. Dia seorang sarjana lulusan sebuah universitas di Jogjakarta. Maka, aku nyaris tak percaya mendengar dia tidak pernah membaca buku tuntas! Meski demikian, dia ternyata memiliki minat dengan setumpuk buku yang ada di kamarku. Setelah ia bercerita panjang lebar tentang secuil hidupnya, aku membiarkan ketika kekar tangannya mengambil beberapa buku. Aku melirik ulahnya; dia mengambil Maryamah Karpov, Biola Tak Berdawai, Rahasia Umur Panjang, Balada Si Roy dan Saya ingin Lihat Semua ini Berakhir; esai dan Wawancara dengan Pramodya Ananta toer.

Tapi semua buku itu dibaca beberapa halaman lalu dikembalikan ke rak. Setelah itu, ia tidur.

Esoknya, ia pulang ke rumah kakaknya (di Jatimakmur, Bekasi)!

Tiga hari kemudian ia datang lagi; mengobrak-abrik buku-ku dan mengambil Laskah Pelangi. "Aku bosan di Bekasi, maka aku ke sini. Kali ini, aku ingin membaca habis Laskah Pelangi."

Aku tersenyum. Saat malam tiba, novel Laskar Pelangi ternyata tak memikatnya. Lalu ia mengambil Maryamah Karpov dan Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia. Terus terang, aku dibuat jengkel lalu berseloroh. "Ah, paling-paling buku itu tak kamu baca sampai tuntas, melainkan saat kamu ngantuk, buku itu akan menjadi bantal!"

"Tidak!" jawabnya mantap, "Kali ini, aku akan menuntaskannya!"

Aku tersenyum! Malam pun tiba. Apa yang aku perkirakan ternyata tidak salah. Tak ada satu buku pun yang dia lahap tuntas dan dia kemudian tidur! Sewaktu ia tidur, aku membaca buku kiriman Mas Haekal; The Swordless Samurai (buku ini kemungkinan beredar di pasaran pada Februari 2009). Sejak halaman pertama, buku tentang perjalanan Hideyoshi (anak petani yang meraih puncak kekuasaan menjadi wakil kaisar) itu; sudah memikatku. Aku menyerngitkan kening, kagum, dan heran atas perjuangan tanpa henti Hideyoshi.

Paginya, ketika dia pulang ke Bekasi, aku masih tidur --karena baca The Swordless Samurai hingga subuh sehingga aku tak mendengar jejak kakinya waktu ia pergi meninggalkan kontrakanku.

The Swordless Samurai sudah tuntas kubaca, saat dua hari kemudian dia datang (sewaktu aku menulis untuk tugas kantorku). Ia kembali mengobrak-abrik buku-ku. Aku jengkel, karena yakin dia pasti tak mampu menuntaskan membaca buku lagi. Maka aku ceritakan isi The Swordless Samurai. Aku menceritakan bahwa buku itu berkisah perjuangan anak petani miskin, bertampang jelek, juga tidak berpendidikan dan nyaris tak mungkin bisa jadi samurai. Tapi ia bisa mengubah nasib. Dia mengubah kemiskinan jadi keunggulan, mengubah kesialan menjadi kemujuran dan itu mengantarkan lelaki yang dijuluki Monyet itu bisa meraih jabatan wakil kaisar dengan kerja keras, tanpa melalui silsilah.

Rupanya, dia terpikat. Ketika malam beranjak, dan aku memutuskan membaca buku Tokaido Inn (Dorothy & Thomas Hoobler), dia membaca The Swordless Samurai. Aku masih terus membaca ketika dia meletakkan buku hendak tidur, "Hideyoshi yang dijuluki samurai tanpa pedang ini memang hebat. Aku termotivasi sepak terjangnya."

Aku tersenyum. Aku yakin emosi Jacky sudah dirasuki kesengsaraan Hideyoshi dalam menapaki karier; mulai dari pembawa sandal hingga bisa membangun benteng Kiyoshi, padahal semua itu hampir tak mungkin dilakukan. Tapi, Hideyoshi bisa mengubah hal yang mustahil menjadi kenyataan. Wajar, Jacky terpikat. Sebelum dia tidur, aku tahu ia menuntaskan setengah The Swordless Samurai.

Tidak lama kemudian, ia pun mendengkur.

Waktu pagi menjelang, buku Tokaido Inn sudah tuntas aku baca, lalu shalat subuh. Sebelum tidur, aku membatin bahwa Jacky tidak akan bisa melepaskan buku itu sebelum tuntas ia baca habis. Aku yakin, The Swordless Samurai memotivasi siapa pun untuk melambung; Anda pasti terpana membaca buku tersebut sebab Jacky yang tak pernah tuntas baca buku pun bisa terjerat. Tapi sebelum tidur, aku ragu; apa besok The Swordless Samurai masih ia sentuh? Apakah dia akan menghabiskan lagi sisa setengah The Swordless Samurai?

Perkenalan yang Menjengkelkan
Pertama kali aku mengenal lelaki itu, ia sudah menanamkan kejengkelan. Malam itu, sekitar setengah tahun yang lalu, ia bertamu ke kontrakanku (di kampung Utan, Ciputat) mengunjungi teman satu kota dengannya -yang kebetulan sekontrakan denganku. Jadi, aku sebelumnya tak kenal, bahkan belum pernah melihatnya meski kami sama-sama pernah kuliah di Jogja.

Saat pulang ke kontrakan, ia memperkenalkan diri padaku dengan menyebut nama: "Jacky".

"Jacky Chan --bintang film mandarin?" tanyaku dengan bercanda.

Dia tertawa. Seolah, aku adalah teman karibnya yang sudah lama tak bertemu hampir sepuluh tahun! Lalu, aku menyalakan komputer seraya meraih rokok di atas mejaku, tetapi aku nyaris tidak percaya; rokokku sudah dalam keadaan terbuka. "Lho rokokku kok bisa lenyap dua? Saat aku tinggal, rokok ini utuh, kenapa tiba-tiba terbuka dan hilang dua batang?"

Jacky tersenyum, tak merasa bersalah! "Aku hisap, Kang!"

"Wah, kamu ini! Berani-beraninya mengambil rokokku, padahal kamu belum kenal aku!"

Dia kembali tertawa, tahu aku tak akan menuntut ganti.

Tetapi, esoknya dia kembali membuatku marah! Aku dibuatnya tak habis pikir dengan ulahnya yang kurang ajar untuk kedua kalinya! Malam itu, ia kebetulan berniat mau menginap di kontrakanku lagi dan dia mengaku perutnya sudah dikoyak lapar. Aku tidak tega membiarkan dia lapar. Akhirnya, aku memberinya uang guna membeli dua bungkus nasi padang. Saat dia berangkat beli nasi, aku pergi ke warnet untuk mengirim tulisan (yang baru aku tulis).

Tetapi, apa yang terjadi kemudian? Dengan perut ditikam lapar sehabis dari warnet, malam itu (sekitar pukul 21.00) aku pulang dengan harapan bisa makan nasi padang. Setiba di kontrakan, aku langsung bertanya, "Mana nasi untukku?"

Lagi-lagi, ia tersenyum. Tanpa dosa, ia mengaku "Aku makan, Kang!"

"Bukankah tadi aku menyuruhmu beli dua bungkus? Lantas, mana jatahku?"

"Keduanya aku makan, Kang!" tangkisnya, "Aku lapar. Jadi, nasi jatahmu, aku makan karena aku tunggu-tunggu, kamu tak datang-datang!"

Rasanya, ingin kubanting semua barang yang ada dalam kamarku! Tetapi, aku sadar; tak ada gunanya membanting barang yang tak bersalah. Maka malam itu, aku keluar ditikam emosi; melangkah ke warung padang untuk mengisi perutku yang kosong!

Tapi, tak berhenti sampai di situ dia membuatku kesal. Beberapa hari kemudian dia datang lagi, dan bercerita bahwa dia sudah mendapatkan pekerjaan (di agen besar/distibutor koran SINDO). Kembali ia menginap; dan mengatakan akan bangun pagi-pagi sekali untuk berangkat ke tempat kerja barunya. Ironisnya, ketika pagi yang dijanjikan itu tiba, ia ternyata masih mendengkur. Ia tidak berangkat kerja.

Dengan kesal, pagi itu aku yang sudah berencana mau pergi ke Tanah Abang meminta ia untuk segera berangkat. Tapi ia malas-malasan. Tanpa sebuah prolog minta izin berbuat kurang ajar, aku mengunci dia dalam kamarku. Aku pergi seraya berteriak, "Jika kau ingin pulang, melompatlah lewat jendela!"

Habis itu, ia tak pernah datang. Hingga, aku kemudian pindah kontrakan di Legoso.

Menuntaskan Baca Buku
Setelah hampir setengah tahun tak muncul, dia akhirnya datang juga ke kontrakan baruku di Legoso. Aku pernah mengunci dia dalam kamarku, merasa bersalah dan berkali-kali menelponnya untuk bermain ke kontrakan baruku. Ia mau datang. Tetapi, lagi-lagi dia selalu tampil dengan ulah yang menjengkelkan.

Jika dulu, dia menghisap rokokku sebelum mengenalku, memakan nasi jatahku, kini ia muncul dengan ulah yang lain; ia datang mengobrak-abrik bukuku. Aku tak mempermasalahkan jika ia membaca dengan baik, tapi ia selalu melipat buku yang dibaca. Lebih payah; dengan angkuh dia beranjak ke WC seolah maniak buku sehingga saat buang air besar ia bisa membaca, tapi kerap lupa meninggalkan buku tersebut di atas kamar mandi.

Tetapi buku The Swordless Samurai tidak hanya mengubah ia dalam memperlakukan buku. Lebih dari itu, dia mencatat apa yang ia petik dari perjuangan Hideyoshi, anak petani miskin yang mampu mengubah nasib menjadi wakil kaisar.

Saat pagi yang aku cemaskan itu datang, kulihat ia kembali membaca The Swordless Samurai. Sesekali, ia berhenti; tertawa terpingkal-pingkal. Aku tahu ia tertawa karena ia kagum perjuangan Hideyoshi yang mampu mengubah hal tak mungkin jadi mungkin --seperti; tatkala Hideyoshi membangun benteng dalam waktu tiga hari padahal sebelumnya benteng itu dibangun berhari-hari tak juga tegak menjulang. Aku tahu, ia tertawa karena salut kecerdikan Hideyoshi memimpin 50 pasukan mengalahkan 50 pasukan yang dilatih Mondo. Padahal Hideyoshi tak bisa bermain pedang pendek, dan Mondo adalah jago bermain pedang pendek.

Memang pagi itu, ia tak membaca The Swordless Samurai sampai tuntas. Ia sempat istirahat, tidur siang. Lalu, saat malam tiba, melanjutkan lagi membaca The Swordless Samurai hingga habis. Aku yang kala itu lagi serius menulis, sekilas mendengar dia berkomentar saat meletak-kan buku itu di dekat komputerku, "Buku ini tidak saja buku pertama yang aku baca hingga tuntas melainkan juga telah mempengaruhi pandangan hidupku. Aku tak ada apa-apanya dibandingkan Hideyoshi. Monyet satu itu memang luar biasa!"

Aku acuh, karena lagi menulis. Tapi ketika ia melihatku tak peduli dengan keberhasilannya membaca The Swordless sampai tuntas, dia seperti protes "Hallo, Monyet! Lagi, nulis ya!"

Aku menoleh, karena ia memanggilku Monyet. Aku tahu, ia memanggilku Monyet lantaran telah terinspirasi Hideyoshi yang dipanggil Monyet! Aku menatap matanya dengan tajam. Ia tersenyum lalu bertanya sinis, "Kapan film indie-mu lounching?"

Aku baru ingat jika dua minggu sebelumnya aku pernah membohonginya bahwa aku kerap semedi dan jarang keluar kamar, karena lagi sibuk menulis skenario film indie. Sampai-sampai, ketika dia ditelepon oleh kakaknya untuk pulang ke Bekasi, ia menjawab, "Aku sedang membantu temanku membuat film indie."

Kini, aku tersenyum melihat ia berubah setelah membaca The Swordless Samurai. Bahkan, dia yang dulu di mataku sebagai orang yang tidak memiliki rasa setia kawan --lantaran makan jatah nasi padangku-- kini aku melihatnya lain. Dua minggu ini, aku ambruk (jatuh sakit) empat kali. Ini adalah sakitku yang cukup parah, karena aku yang anti rumah sakit, terpaksa mengunjungi rumah sakit untuk memeriksakan diri; lambung-ku kena! Di sela-sela aku merasakan sakit yang tiada tara, menjerit-jerit kesakitan dan perutku melilit, ternyata Jacky merawatku dengan telaten; ia memaksaku membuka baju lalu ia kerokin pungkungku, ia belikan aku nasi di saat aku butuh makan, ia belikan aku obat di saat aku kambuh lagi, ia menghiburku kala aku meracau menahan sakit.

Itulah Jacky! Sampai kapan pun, aku tak akan pernah melupakan kebaikannya. Padahal, di saat aku sakit, semua temanku melarikan diri, bahkan ada yang mengganggap aku pura-pura sakit. Tetapi, Jacky menemaniku di kala aku diterjang sakit yang tidak terkira. Di tengah malam gulita (pukul 02.00 dini hari) ketika aku meronta-ronta, dia menghiburku dengan cerita-cerita yang lucu dan konyol.

Lebih dari itu, kini dia memiliki semangat tinggi untuk berjuang. Bahkan, dua hari ini, ia selalu mendesakku untuk segara membuat film indie. Aku menjawabnya bahwa bulan Maret nanti, film itu pasti sudah lounching. Tetapi dalam hati aku tersenyum, karena aku telah berhasil membohonginya (soal lounching film indie tersebut).

Aku benar-benar merasa bersalah, berutang budi pada Jacky karena ia telah merawatku dengan telaten (sewaktu aku sakit). Lantas, apa komentar Anda tentang Jacky?

* Nur Mursidi

Overcorrection: Evangelis dan Olahraga di Victoria Britania


Buku Catatan | Buku dan Budaya
Oleh Timothy Larsen

Buku Catatan Diterjemahkan dari Buku :
"Overcorrection: Evangelis dan Olahraga di Victoria Britania"
April 2010

Meskipun ia tidak mengutip Neil Postman, tesis Dominic Erdozain adalah bahwa gereja-gereja di Britania abad ke-19 akhir menghibur diri sampai mati. Latar belakang adalah perang evangelis sebelumnya pada kesenangan. Evangelis disangkal sebagian besar bentuk olahraga rekreasi-bahkan yang pantas untuk dikecam sebagai kesungguhan seorang pria Kristen.

Oleh karena itu evangelis memperoleh reputasi untuk killjoys ini, dan akhirnya bahkan mereka mulai merasa bahwa beberapa larangan rata mereka tidak bisa dipertahankan. kisah nyata Erdozain adalah tentang overcorrection bencana. Dengan kecepatan yang luar biasa, evangelis pergi dari mengangkat larangan olahraga untuk memfasilitasi rekreasi melalui program-program gereja yang resmi untuk menggantikan kerja nyata dari gereja dengan hiburan.

Perubahan ini terjadi dengan kehalusan merusak, kadang-kadang secara harfiah tanpa orang-orang tidak melihat, namun Erdozain mampu menghasilkan sebelum dan setelah tembakan dramatis seperti apapun yang pernah dipuji oleh perusahaan penurunan berat badan. studi kasus favoritnya adalah YMCA. Siapa yang sekarang mengingat bahwa pada awalnya bahkan tidak merenungkan menawarkan olahraga melainkan melihat penginjilan sebagai inti untuk misi? Doa pertemuan dan pekerjaan spiritual Y menurun drastis. Satu cabang akhirnya datang dengan ide cerdas hanya mengalihkan kegiatan rekreasi mereka, sehingga mereka sekarang muncul dalam laporan tahunan mereka di bawah tua, menyusutnya pos "pengaruh agama." Gereja-gereja mereka mengikuti jalan yang sama untuk bermain: awam bergeser dari massa yang mengikuti pertemuan doa untuk menikmati kegiatan gereja yang disponsori rekreasi. Jadi menteri banyak berbicara dengan sangat antusias tentang bagaimana olahraga membangun karakter dan dapat dilakukan untuk kemuliaan Allah bahwa mereka benar-benar meyakinkan diri bahwa ini adalah karya spiritual gereja. Terlambat itu orang mulai bertanya-tanya bagaimana pemuda dapat memainkan sepakbola kepada Tuhan ketika tak seorang pun pernah mau repot-repot dgn cara tanya jawab mereka tentang siapa Allah itu.

Timothy Larsen, McManis Profesor Pemikiran Kristen di Wheaton College, adalah penulis Krisis Keraguan: Jujur Iman di Nineteenth Century Inggris (Oxford Univ. Press). buku baru-Nya, tentang Alkitab pada abad ke-19, yang datang dari Oxford University Press.

Copyright © 2010 Buku & Budaya. Klik untuk informasi cetak ulang.

Book Notes | Books and Culture


Book Notes | Books and Culture
Timothy Larsen

Book Notes
Overcorrection: Evangelicals and Sports in Victorian Britain
icon1 of 1iconview all
April 2010

Although he does not cite Neil Postman, Dominic Erdozain's thesis is that the churches in late 19th-century Britain amused themselves to death. The background is the earlier evangelical war on pleasure. Evangelicals disproved of most forms of recreation—even sports were censured as unbecoming to the earnestness of a Christian man.

Evangelicals therefore gained a reputation for being killjoys, and eventually even they came to feel that some of their flat bans were untenable. Erdozain's real story is about the disastrous overcorrection. With remarkable rapidity, evangelicals went from lifting the prohibition on sports to facilitating recreation through official church programs to replacing the real work of the church with entertainment.

The change happened with pernicious subtlety, sometimes literally without people hardly noticing, but Erdozain is able to produce before-and-after shots as dramatic as any ever touted by a weight-loss company. His favorite case study is the YMCA. Who now remembers that it initially did not even contemplate offering sports but rather saw evangelism as core to its mission? Prayer meetings and the spiritual work of the Y declined precipitously. One branch eventually came up with the clever idea of simply shifting their recreational activities so that they now appeared in their annual report under the old, dwindling heading "religious influences." The churches themselves followed the same path to play: the laity shifted in mass from participating in prayer meetings to enjoying church-sponsored recreational activities. So many ministers talked so enthusiastically about how sport builds character and can be done to the glory of God that they really did convince themselves that this was the spiritual work of the church. Too late did people begin to wonder how lads can play soccer unto the Lord when no one has ever bothered to catechize them about who God is.

Timothy Larsen, McManis Professor of Christian Thought at Wheaton College, is the author of Crisis of Doubt: Honest Faith in Nineteenth Century England (Oxford Univ. Press). His new book, about the Bible in the 19th century, is forthcoming from Oxford University Press.

Copyright © 2010 Books & Culture. Click for reprint information.

Memo untuk Agen Gov: Anda Sekarang Mei menciak, Blog dan Facebook


Written by Mike Melanson / April 8, 2010 7:49 AM / 2 Comments
Lain kali Anda mendengar tentang dewan kota Anda ingin lulus, pastikan untuk memeriksa blog mereka, Twitter dan Facebook account. Kantor Manajemen dan Anggaran mengeluarkan memorandum kemarin yang seharusnya memudahkan bagi instansi pemerintah untuk kedua berkomunikasi dengan warga dan menerima umpan balik dengan cara internet dan media sosial.

Memo, berjudul "Social Media, Web Interaktif Berbasis Teknologi, dan Dokumen Pengurangan UU" alamat batas-batas Dokumen Pengurangan Act, sebuah undang-undang pertama disahkan pada tahun 1980, dan sekali lagi pada tahun 1995, yang mengatur cara-cara di mana badan-badan pemerintah dapat mengumpulkan informasi. memo kemarin mengidentifikasi sejumlah aktivitas online, menurut beberapa kriteria lebih spesifik, yang sekarang dapat dianggap berada di luar dari PRA - dan diijinkan untuk itu tanpa persetujuan terlebih dahulu oleh OMB, sesuatu yang bisa memakan waktu beberapa bulan.

Memorandum ini mengidentifikasi serangkaian kegiatan lain yang, konsisten dengan teks dan tujuan PRA, OMB telah ditetapkan bisa dikeluarkan dari lapangan tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi banyak menggunakan wiki, posting komentar, penyelenggaraan kontes tertentu, dan rating dan peringkat posting atau komentar oleh pengguna situs. Memorandum ini berlaku apakah interaksi keagenan yang terjadi pada website gov atau pada platform pihak ketiga..

Memo itu adalah untuk menanggapi 21 Januari 2009 memorandum oleh Presiden Obama, yang menyerukan pembentukan "sebuah sistem transparansi, partisipasi publik dan kolaborasi."

catatan Memo itu bahwa pemerintah "badan semakin menggunakan teknologi berbasis web, seperti blog, wiki, dan jaringan sosial, sebagai cara untuk 'penerbitan' permohonan untuk komentar publik dan untuk melakukan pertemuan virtual publik" dan bahwa "menggunakan tertentu dari sosial media dan teknologi berbasis web interaktif akan dianggap sebagai setara dengan kegiatan yang sedang dikeluarkan dari PRA ".

Online media yang hanya "memfasilitasi interaksi", seperti wiki dan komunikasi sederhana melalui media sosial, kemungkinan besar akan dikecualikan dari peraturan PRA, yang mengharuskan instansi pemerintah untuk menyerahkan permintaan wewenang kepada OMB. Memo juga menyatakan, bahwa "jika agen mengambil kesempatan pertemuan publik untuk mendistribusikan survei, atau untuk mengajukan pertanyaan yang sama dari 10 atau lebih peserta, pertanyaan-pertanyaan dihitung sebagai sebuah koleksi informasi" dan akan diselenggarakan untuk persyaratan PRA . Memo itu terus ke daftar beberapa perbedaan antara interaksi sederhana dan pengumpulan informasi dan pengumpulan informasi yang lebih terstruktur, yang terakhir dari yang jatuh di bawah yurisdiksi PRA.

Jadi, jika Anda menemukan bahwa Anda tidak dapat pernah membuat ke City Hall untuk mereka dengar pendapat publik, kami sarankan mendapatkan di Facebook, Twitter dan apapun yang Anda bisa dan menemukan pemerintah lokal Anda di sana. Kemungkinan besar mereka akan mulai meminta masukan publik secara lebih informal di situs tersebut dalam waktu dekat.

Memo to Gov Agencies: You May Now Tweet, Blog and Facebook

Memo to Gov Agencies: You May Now Tweet, Blog and Facebook

Minggu, 14 Maret 2010

DAFTAR MATA DIKLAT



NO MATA DIKLAT TENAGA PENGAJAR JML JP
1. Gambaran Umum, Tupoksi DPRD Dalam Proses Pembangunan
a. Peran Legalisasi DPRD dlm Proses Pembangunan
b. Peran DPRD dalam Penganggaran Pembangunan
c. Peran DPRD dalam Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan Prof. Dr. Ir. Asdi Agustas, M. Sc 4
2. Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
a. Dasar Hukum
b. Rencana Pembangunan Jangka Panjang
c. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
d. Rencana Kerja Pembangunan
e. Rencana Strategis Albertiusman, SE, M. Sc 4
3. Perencanaan Pembangunan Daerah
a. Konsep dasar pembangunan Daerah
b. Sistem Perencanaan Pembangunan
c. Pelaksanaan Pembangunan Daerah Wismayulefni, SH, M. Pd 4
4. Penatausahaan Keuangan Daerah
a. Regulasi Pelaksanaan Keuangan Daerah
b. Struktur Kelembagaan Keuangan Daerah
c. Dokumen Pokok Pelaksanaan Keuangan Daerah dan Mekanisme Pencairan Dana
d. Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban (LP) Yunasri, SE, M. Si 4
5. Penyusunan Perda
a. Landasan Berpikir Penyusunan Perda
b. Landasan Sosiologis Penyusunan Perda
c. Landasan Yuridis Penyusunan Perda
d. Mekanisme Penyusunan Rancangan Perda
e. Mekanisme Penyusunan Perda Miswardi, SH, M. Hum 4
6. Sistem Pengawasan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
a. Pemerintah Daerah menurut UU No. 32 Tahun 2003
b. Pengawasan Pemerintah menurut Perspektif Teori
c. Pengawasan Pemerintah menurut Perspektif Normatif
d. Sistem Pengawasan Pemerintahan Daerah
1. Pengawasan Pemerintah Pusat
2. Pengawasan Legislatif
3. Pengawasan Fungsional
4. Pengawasan Masyarakat Mukhlis Ismail, SH 4
7. Pembukaan/ Penutupan Direktur Eksekutif 2
8. Pengarahan Program Direktur Pelatihan 4
Jumlah …………………………………………………………………………. 30